Saturday, April 10, 2010

“Stay Hungry. Stay Foolish” by Steve Jobs


Dapet sharing dari temen di milist skrip *Pidato Steve Jobs di Acara Wisuda
Stanford University*. Isinya ialah menyangkut kehidupan pribadinya hingga ia 
mencapai keberhasilan sampai saat ini khususnya atas kesuksesan perusahaaan 
komputer Apple Inc dan animasi Pixar. Judul Pidatonya* “Stay Hungry. Stay 
Foolish”*. Isinya sangat inspiratif dan mereprestasikan nilai filosofi hidup 
yang dijalani Steve Jobs. Rasanya sayang sekali kalau pidato ini disimpan 
sendiri. Oleh karena itu saya ingin berbagi disini. Silahkan menyimak dan 
merenungkan pidato Steve Jobs berikut semoga dapat memberikan pencerahan. 
____________________________________________________ 


Saya merasa bangga di tengah-tengah Anda sekarang, yang akan segera lulus 
dari salah satu universitas terbaik di dunia. Saya tidak pernah selesai 
kuliah. Sejujurnya, baru saat inilah saya merasakan suasana wisuda. Hari ini 
saya akan menyampaikan tiga cerita pengalaman hidup saya. Ya, tidak perlu 
banyak. Cukup tiga. 


*Cerita Pertama: Menghubungkan Titik-Titik* 
Saya drop out (DO) dari Reed College setelah semester pertama, namun saya 
tetap berkutat di situ sampai 18 bulan kemudian, sebelum betul-betul putus 
kuliah. Mengapa saya DO? Kisahnya dimulai sebelum saya lahir. Ibu kandung 
saya adalah mahasiswi belia yang hamil karena “kecelakaan” dan memberikan 
saya kepada seseorang untuk diadopsi. 


Dia bertekad bahwa saya harus diadopsi oleh keluarga sarjana, maka saya pun 
diperjanjikan untuk dipungut anak semenjak lahir oleh seorang pengacara dan 
istrinya. Sialnya, begitu saya lahir, tiba-tiba mereka berubah pikiran bayi 
perempuan karena ingin. Maka orang tua saya sekarang, yang ada di daftar 
urut berikutnya, mendapatkan telepon larut malam dari seseorang: “kami punya 
bayi laki-laki yang batal dipungut; apakah Anda berminat? Mereka 
menjawab:“Tentu saja.” Ibu kandung saya lalu mengetahui bahwa ibu angkat 
saya tidak pernah lulus kuliah dan ayah angkat saya bahkan tidak tamat SMA. 
Dia menolak menandatangani perjanjian adopsi. Sikapnya baru melunak beberapa 
bulan kemudian, setelah orang tua saya berjanji akan menyekolahkan saya 
sampai perguruan tinggi. 


Dan, 17 tahun kemudian saya betul-betul kuliah. Namun, dengan naifnya saya 
memilih universitas yang hampir sama mahalnya dengan Stanford, sehingga 
seluruh tabungan orang tua saya- yang hanya pegawai rendahan-habis untuk 
biaya kuliah. Setelah enam bulan, saya *tidak melihat manfaatnya*. Saya 
tidak tahu apa yang harus saya lakukan dalam hidup saya dan bagaimana kuliah 
akan membantu saya menemukannya. Saya sudah menghabiskan seluruh tabungan 
yang dikumpulkan orang tua saya seumur hidup mereka. Maka, saya pun 
*memutuskan 
berhenti kuliah*, yakin bahwa itu yang terbaik. Saat itu rasanya menakutkan, 
namun sekarang saya menganggapnya sebagai keputusan terbaik yang pernah saya 
ambil. 


Begitu DO, saya langsung berhenti mengambil kelas wajib yang tidak saya 
minati dan mulai mengikuti perkuliahan yang saya sukai. Masa-masa itu tidak 
selalu menyenangkan. Saya tidak punya kamar kos sehingga *nebeng* tidur di 
lantai kamar teman-teman saya. Saya mengembalikan botol Coca-Cola agar dapat 
pengembalian 5 sen untuk membeli makanan. Saya berjalan 7 mil melintasi kota 
setiap Minggu malam untuk mendapat makanan enak di biara Hare Krishna. Saya 
menikmatinya. Dan banyak yang saya temui saat itu karena mengikuti rasa 
*ingin 
tahu dan intuisi*, ternyata kemudian sangat berharga. Saya beri Anda satu 
contoh: 


Reed College mungkin waktu itu adalah yang terbaik di AS dalam hal 
kaligrafi. Di seluruh penjuru kampus, setiap poster, label, dan petunjuk 
ditulis tangan dengan sangat indahnya. Karena sudah DO, saya tidak harus 
mengikuti perkuliahan normal. Saya memutuskan mengikuti kelas kaligrafi guna 
mempelajarinya. Saya belajar jenis-jenis huruf serif dan san serif, membuat 
variasi spasi antar kombinasi kata dan kiat membuat tipografi yang hebat. 
Semua itu merupakan kombinasi cita rasa keindahan, sejarah dan seni yang 
tidak dapat ditangkap melalui sains. Sangat menakjubkan. 


Saat itu sama sekali tidak terlihat manfaat kaligrafi bagi kehidupan saya. 
Namun sepuluh tahun kemudian, ketika kami mendisain komputer Macintosh yang 
pertama, ilmu itu sangat bermanfaat. Mac adalah komputer pertama yang 
bertipografi cantik. Seandainya saya tidak DO dan mengambil kelas kaligrafi, 
Mac tidak akan memiliki sedemikian banyak huruf yang beragam bentuk dan 
proporsinya. Dan karena Windows menjiplak Mac, maka tidak ada PC yang 
seperti itu. Andaikata saya tidak DO, saya tidak berkesempatan mengambil 
kelas kaligrafi, dan PC tidak memiliki tipografi yang indah. Tentu saja, 
tidak mungkin merangkai cerita seperti itu sewaktu saya masih kuliah. Namun, 
sepuluh tahun kemudian segala sesuatunya menjadi gamblang. Sekali lagi, Anda 
tidak akan dapat merangkai titik dengan melihat ke depan; Anda hanya bisa 
melakukannya dengan merenung ke belakang. Jadi, Anda harus percaya 
bahwa *titik-titik 
Anda bagaimana pun akan terangkai di masa mendatang*. Anda harus percaya 
dengan intuisi,takdir, jalan hidup, karma Anda, atau istilah apa pun 
lainnya. Pendekatan ini efektif dan membuat banyakperbedaan dalam kehidupan 
saya. 


*Cerita Kedua Saya: Cinta dan Kehilangan.* 
Saya beruntung karena tahu apa yang saya sukai sejak masih muda. Woz (Steve 
Wozniak) dan saya mengawali Apple di* garasi* orang tua saya ketika saya 
berumur 20 tahun. Kami bekerja keras dan dalam 10 tahun Apple berkembang 
dari hanya kami berdua menjadi perusahaan 2 milyar dolar dengan 4000 
karyawan. Kami baru meluncurkan produk terbaik kami-Macintosh- satu tahun 
sebelumnya, dan saya baru menginjak usia 30. Dan *saya dipecat*. Bagaimana 
mungkin Anda dipecat oleh perusahaan yang Anda dirikan? Yah, itulah yang 
terjadi. Seiring pertumbuhan Apple, kami merekrut orang yang saya pikir 
sangat berkompeten untuk menjalankan perusahaan bersama saya. Dalam satu 
tahun pertama,semua berjalan lancar. Namun, kemudian muncul perbedaan dalam 
visi kami mengenai masa depan dan kami sulit disatukan. Komisaris ternyata 
berpihak padanya. Demikianlah, di usia 30 saya tertendang. 


Beritanya ada di mana-mana. Apa yang menjadi fokus sepanjang masa dewasa 
saya, tiba-tiba sirna. Sungguh menyakitkan. Dalam beberapa bulan kemudian, 
saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan. Saya merasa telah mengecewakan 
banyak wirausahawan generasi sebelumnya -saya gagal mengambil kesempatan. 
Saya bertemu dengan David Packard dan Bob Noyce dan meminta maaf atas 
keterpurukan saya. Saya menjadi *tokoh publik yang gagal*, dan bahkan 
berpikir untuk lari dari Silicon Valley. Namun, sedikit demi sedikit 
semangat timbul kembali- *saya masih menyukai pekerjaan saya*. Apa yang 
terjadi di Apple sedikit pun tidak mengubah saya. Saya telah ditolak, namun 
saya tetap cinta. Maka, saya putuskan untuk mulai lagi dari awal. Waktu itu 
saya tidak melihatnya, namun belakangan baru saya sadari bahwa dipecat dari 
Apple adalah *kejadian terbaik* yang menimpa saya. Beban berat sebagai orang 
sukses tergantikan oleh keleluasaan sebagai pemula, segala sesuatunya lebih 
tidak jelas. Hal itumengantarkan saya pada periode paling kreatif dalam 
hidup saya. 


Dalam lima tahun berikutnya, saya mendirikan perusahaan bernama *NeXT*, lalu 
* Pixar*, dan jatuh cinta dengan wanita istimewa yang kemudian menjadi istri 
saya. Pixar bertumbuh menjadi perusahaan yang menciptakan film animasi 
komputer pertama, Toy Story, dan sekarang merupakan studio animasi paling 
sukses di dunia. Melalui rangkaian peristiwa yang menakjubkan, Apple membeli 
NeXT, dan saya *kembali lagi ke Apple*, dan teknologi yang kami kembangkan 
di NeXT menjadi jantung bagi kebangkitan kembali Apple. Dan, Laurene dan 
saya memiliki keluarga yang luar biasa. Saya yakin takdir di atas tidak 
terjadi bila saya tidak dipecat dari Apple. Obatnya memang pahit, namun 
sebagai pasien saya memerlukannya. Kadangkala kehidupan menimpakan batu ke 
kepala Anda. Jangan kehilangan kepercayaan. Saya yakin bahwa satu-satunya 
yang membuat saya terus berusaha adalah karena s*aya menyukai apa yang saya 
lakukan*. Anda harus menemukan apa yang Anda sukai. Itu berlaku baik untuk 
pekerjaan maupun asangan hidup Anda. Pekerjaan Anda akan menghabiskan 
sebagian besar hidup Anda, dan kepuasan sejati hanya dapat diraih dengan 
mengerjakan sesuatu yang hebat. Dan Anda hanya bisa hebat bila mengerjakan 
apa yang Anda sukai. Bila Anda belum menemukannya, teruslah mencari. Jangan 
menyerah. Hati Anda akan mengatakan bila Anda telah menemukannya. 
Sebagaimana halnya dengan hubungan hebat lainnya, semakin lama-semakin mesra 
Anda dengannya. Jadi, teruslah mencari sampai ketemu. *Jangan berhenti*. 


*Cerita Ketiga Saya: Kematian* 
Ketika saya berumur 17, saya membaca ungkapan yang kurang lebih berbunyi: 
“Bila kamu menjalani hidup seolah-olah hari itu adalah hari terakhirmu, maka 
suatu hari kamu akan benar.” Ungkapan itu membekas dalam diri saya, dan 
semenjak saat itu, selama 33 tahun terakhir, saya selalu melihat ke cermin 
setiap pagi dan bertanya kepada diri sendiri: “Bila ini adalah hari terakhir 
saya, apakah saya tetap melakukan apa yang akan saya lakukan hari ini?” Bila 
jawabannya selalu “tidak” dalam beberapa hari berturut-turut, saya tahu saya 
harus berubah. Mengingat bahwa saya akan segera mati adalah kiat penting 
yang saya temukan untuk membantu membuat keputusan besar. Karena hampir 
segala sesuatu-semua harapan eksternal, kebanggaan, takut malu atau 
gagal-tidak lagi bermanfaat saat menghadapi kematian. Hanya yang hakiki yang 
tetap ada. *Mengingat kematian* adalah cara terbaik yang saya tahu untuk 
menghindari jebakan berpikir bahwa Anda akan kehilangan sesuatu. Anda tidak 
memiliki apa-apa. Sama sekali tidak ada alasan untuk tidak mengikuti kata 
hati Anda. 


Sekitar setahun yang lalu saya didiagnosis mengidap kanker. Saya menjalani 
scan pukul 7:30 pagi dan hasilnya jelas menunjukkan saya memiliki tumor 
pankreas. Saya bahkan tidak tahu apa itu pankreas. Para dokter mengatakan 
kepada saya bahwa hampir pasti jenisnya adalah yang tidak dapat diobati. 
Harapan hidup saya tidak lebih dari 3-6 bulan. Dokter menyarankan saya 
pulang ke rumah dan membereskan segala sesuatunya, yang merupakan sinyal 
dokter agar saya bersiap mati. Artinya, Anda harus menyampaikan kepada anak 
Anda dalam beberapa menit segala hal yang Anda rencanakan dalam sepuluh 
tahun mendatang. Artinya, memastikan bahwa segalanya diatur agar mudah bagi 
keluarga Anda. Artinya, Anda harus mengucapkan selamat tinggal. Sepanjang 
hari itu saya menjalani hidup berdasarkan diagnosis tersebut. Malam harinya, 
mereka memasukkan endoskopi ke tenggorokan, lalu ke perut dan lambung, 
memasukkan jarum ke pankreas saya dan mengambil beberapa sel tumor. Saya 
dibius, namun istri saya, yang ada di sana, mengatakan bahwa ketika melihat 
selnya di bawah mikroskop, para dokter menangis mengetahui bahwa jenisnya 
adalah kanker pankreas yang sangat jarang, namun bisa diatasi dengan 
operasi. Saya dioperasi dan sehat sampai sekarang. Itu adalah rekor terdekat 
saya dengan kematian dan berharap terus begitu hingga beberapa dekade lagi. 


Setelah melalui pengalaman tersebut, sekarang saya bisa katakan dengan yakin 
kepada Anda bahwa menurut konsep pikiran, kematian adalah hal yang berguna: 
Tidak ada orang yang ingin mati. Bahkan orang yang ingin masuk surga pun 
tidak ingin mati dulu untuk mencapainya. Namun, kematian pasti menghampiri 
kita. Tidak ada yang bisa mengelak. Dan, memang harus demikian, karena 
kematian adalah buah terbaik dari kehidupan. Kematian membuat hidup 
berputar. Dengannya maka yang tua menyingkir untuk digantikan yang muda. 
Maaf bila terlalu dramatis menyampaikannya, namun memang begitu. 


Waktu Anda terbatas, jadi jangan sia-siakan dengan menjalani hidup orang 
lain. Jangan terperangkap dengan dogma-yaitu hidup bersandar pada hasil 
pemikiran orang lain. Jangan biarkan omongan orang menulikan Anda sehingga 
tidak mendengar kata hati Anda. Dan yang terpenting, miliki keberanian untuk 
mengikuti kata hati dan intuisi Anda, maka Anda pun akan sampai pada apa 
yang Anda inginkan. Semua hal lainnya hanya nomor dua. 


Ketika saya masih muda, ada satu penerbitan hebat yang bernama “The Whole 
Earth Catalog“, yang menjadi salah satu buku pintar generasi saya. Buku itu 
diciptakan oleh seorang bernama Stewart Brand yang tinggal tidak jauh dari 
sini di Menlo Park, dan dia membuatnya sedemikian menarik dengan sentuhan 
puitisnya. Waktu itu akhir 1960-an, sebelum era komputer dan desktop 
publishing, jadi semuanya dibuat dengan mesin tik, gunting, dan kamera 
polaroid. Mungkin seperti Google dalam bentuk kertas, 35 tahun sebelum 
kelahiran Google: isinya padat dengan tips-tips ideal dan ungkapan-ungkapan 
hebat. Stewart dan timnya sempat menerbitkan beberapa edisi “The Whole Earth 
Catalog”, dan ketika mencapai titik ajalnya, mereka membuat edisi terakhir. 
Saat itu pertengahan 1970-an dan saya masih seusia Anda. Di sampul belakang 
edisi terakhir itu ada satu foto jalan pedesaan di pagi hari, jenis yang 
mungkin Anda lalui jika suka bertualang. Di bawahnya ada kata-kata: “*Stay 
Hungry. Stay Foolish*.” (Jangan Pernah Puas. Selalu Merasa Bodoh). Itulah 
pesan perpisahan yang dibubuhi tanda tangan mereka. Stay Hungry. Stay 
Foolish. Saya selalu mengharapkan diri saya begitu. Dan sekarang, karena 
Anda akan lulus untuk memulai kehidupan baru, saya harapkan Anda juga 
begitu.* Stay Hungry. Stay Foolish*.

reference biography lainnya
http://www.notablebiographies.com/Ho-Jo/Jobs-Steve.html